Image from http://islamic-education7.blogspot.com/
Sikap hidup seseorang dibentuk oleh keyakinan yang dimilikinya. Sebagai muslim, keyakinan terpatri pada dua kalimat syhadat. "Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah rasul Allah".

Kalimat ini membentuk perilaku kehidupan yang didasari atas ikrar yang diucapkan. Artinya ketika berikrar, terpatri sebuah pemahaman tidak akan pernah takut kecuali hanya kepada Allah. Tidak akan pernah menggantungkan hidup kecuali hanya kepada Allah. Begitu pula seperti meminta rezeki dan pertolongan kecuali hanya kepada Allah.

Pemahaman tersebut berakar di dalam hati seorang muslim dan membentuk kepribadian dan mewarnai seluruh langkah kehidupan. Di zaman sekarang ini, kalimat persaksian tersebut sering dan bahkan fasih untuk diucapkan. Tetapi konsekuensi dari kalimat tersebut sering diabaikan, sehingga mengalami proses pergeseran nilai. Sholatnya masih menghadap Allah, tetapi keinginan dagangan laris menghadap dukun. Ini merupakan gaya hidup yang sinkrit.

Puasa melahirkan keikhlasan karena ibadah ini dimulai tanpa sugesti. Mungkin shalat, zakat dan sedeqah diawali keinginan untuk dilihat masyarakat. Tetapi dengan puasa, hanya antara manusia dan Allah sehingga melahirkan gaya hidup ikhlas. Bahwa apabila sudah berbuat yang penting antara manusia itu sendiri dengan Allah. Allah adalah tempat tujuan dan manusia merupakan pelaksananya.
Ikhlas tak hanya berbicara shalat, zakat, puasa tetapi menjalankan hidup juga perlu dengan keikhlasan. Apabila manusia sudah menyerahkan diri kepada yang selain Allah maka bersiaplah untuk kecewa. Ikhlas tentu bukan hal yang mudah untuk dilaksanakan walaupun sangat mudah untuk diucapkan. Tetapi ini pula yang diperintahkan oleh Allah SWT kepada manusia. Kalian tidak diperintahkan kecuali untuk penyembah allah yang penuh keikhlasan.
Imam Al-Ghazali pernah berbicara tentang keikhlasan. Beliau menyatakan “Manusia pada dasarnya mati, kecuali orang yang berilmu”, “Orang yang berilmu walaupun dia hidup tetapi ia tidur, kecuali yang mengamalkan ilmunya”, “Orang yang mengamalkan ilmu banyak yang tertipu kecuali yang ikhlas di dalam mengamalkannya”. Begitu pula halnya dengan manusia di dalam kehidupan. Tidak banyak yang dilakukan tanpa ilmu. Ilmu lah yang mampu membuat manusia itu hidup, berkembang dan tumbuh untuk menjadi lebih maju. Ilmu mampu membuat hidup lebih mudah, seni mampu membuat hidup lebih indah, dengan agama hidup jadi terarah.

Keikhlasan adalah nilai dari amal manusia itu sendiri. Orang mengamalkan ilmunya banyak yang tertipu, merasa sudah banyak karya, ibadah, kebaikan yang mereka lakukan. Tetapi, bagi orang yang ikhlas dalam mengamalkan ilmunya. Ikhlas adalah ruh dari amal yang dikerjakan oleh manusia. Amal tanpa ikhlas sama seperti jasad tanpa ruh, maka tidak nilainya nilai amal tersebut.

Melalui hal ini, rasul pernah bersabda, “Iblis masuk ke tubuhmu dan menggodamu melalui saluran darahmu. Persempit saluran masuk iblis ke tubuhmu” Seseorang bertanya “Dengan apa ya Rasul?” Rasul menjawab, “Dengan zikir dan lapar”. Jadi, ketika melaksanakan ibadah puasa berarti mempersempit ruang gerak iblis. Itu pula yang memaknai jika datang bulan Ramadhan diikat setan dan iblis melalui ibadah puasa. Hal tersebut didasari atas mampunya menahan hawa nafsu manusia. Keikhlasan merupakan nilai dari amal manusia.  

Posting Komentar

  1. untuk ikhlas begitu sangat sulit jika tidak di barengi dengan iman yang baik,.. dan ikhlas adalah salah satu syarat di terimanya amal manusia

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar kanda, bahkan seorang cak nun berpendapat, "Kalau bisa anda sholat jangan sampai Allah tahu anda sedang shalat (walaupun itu hal yang mustahil". Permulaannya hanya berupa syukur.

      Terima kasih atas komentarnya :D

      Hapus

 
Top