Ada istilah Infaq dan ada pula zakat, sedeqah. Terkadang pemahaman antara ketiga hal tersebut sedikit membingungkan. Kemudian akan timbul pertanyaan, “Apa yang membedakan ketiga hal tersebut satu sama lain?”

Infaq berasal dari akar kata yang bermakna pergi mengarah kearahnya. Infaq juga berarti terowongan atau jalan untuk keluar. Dari pemahaman tersebut, infaq diartikan sebagai pengeluaran. Segala macam pengeluaran seperti harta, waktu dan tenaga, itu dapat dinamai sebagai infaq kalau manusia mengeluarkannya. Segala macam pengeluaran baik itu tulus dan tidak tulus; terpaksa atau tidak terpaksa; wajib atau sunnah itu disebut infaq apabila manusia mengeluarkannya. Jadi, infaq memiliki makna yang sangat luas dan menyeluruh.

Lalu sedeqah adalah kata yang memiliki arti pengeluaran tetapi harus disertai dengan ketulusan. Dalam Al-Quran, zakat dinamakan sebagai sedeqah. Inna ma sodaqotu, “Sesungguhnya sedekah-sedekah (Zakat) itu diperuntukkan bagi kaum fakir, miskin” Tekanannya pada kalimat tersebut adalah pada ketulusan.

Dapat pula sedekah itu wajib sebagaimana kata zakat dan sebagaimana zakat dapat pula sunnah. Demikian pula manusia memahami sedekah dalam arti anjuran. Sedangkan pada zakat bukan kepada keikhlasan melainkan pada dampak dari zakat. Dampak dari pengeluaran harta atau tenaga adalah zakat, yang akhirnya berkembang harta tersebut dan jiwa yang mengeluarkannya menjadi suci.

Zakat menjadikan seseorang yang berzakat, berkembang harta bendanya, kepribadiannya sehingga meluas wawasannya. Hal tersebut disebabkan karena zakat (juga dinamai sedekah) haruslah tulus. Maka dengan demikian, zakat atau sedeqah haruslah halal. Berbeda dengan infaq, dapat terjadi karena haram, tidak tulus ataupun terpaksa. Allah SWT, “Bernafkahlah dari yang baik-baik dari hasil usaha kamu” Jangan bernafkah untuk sesuatu tujuan yang tidak benar. 

Ciri dari orang bertaqwa adalah “Wa mimma rozaqnahum yunfiqun” yaitu sebahagian dari apa yang diperoleh melalui rezeki Allah dan itu yang diinfaqkan. Sebahagian disebabkan apapun yang dikeluarkan walau seluruh harta benda dan tenaga merupakan hal yang sebahagian dari yang diberi Allah. Bukankah dalam mendapatkan itu, Allah memberikan udara, kesehatan, ketenangan hidup. Maka, kalaupun seluruh harta benda kita dikeluarkan, itu baru sebahagian dari yang diberi Allah.

Sebab yang lain adalah manusia bekerja bersungguh-sungguh dalam mendapatkan rezeki yang banyak. Lalu sebahagian dari hasil tersebut dikeluarkan, kemudian sebahagian lagi ditabung. Tujuannya untuk masa depan, anak-cucu sehingga keluarga penerusnya ditinggalkan tidak dalam keadaan miskin.

Next
This is the most recent post.
Previous
Posting Lama

Posting Komentar

 
Top